Rabu, 17 November 2010

Syukurku; Papa

Berjuta-juta tahun lalu tak pernah terpikirkan seperti hari ini.
Ya, dulu pernah kuletakkan janji pada Sang Pencipta masih hingga kini syahadat berkali-kali.
Ya, telah juga Ia gariskan tentangku di dunia ini, yang pasti terjadi juga yang bertarung di langit dan menang karena kehendak-Nya.
Ia yang telah mengantarkanku pada sosok gagah bersahaja.
Yang bersamanya adalah ketentraman,

”Seperti yang pernah kukatakan padamu, Pa.., lelap di sampingmu, ya cukup di sampingmu saja tanpa disentuh, sudah membuatku jatuh nyaman hingga tak kuasa beranjak”

Beberapa tahun ke belakang, tak hingganya aku mengeluh, mengumpat.
Persoalan beda zaman,
Masalah kemengertian,
Atau sekadar salah ucap kata yang menghempas kelemahlembutan.

"..dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkari nikmat-Ku”. (Al-Baqarah: 152)

Padahal empat anak gadis ini membuat dadanya rela busung paling depan.
Mengatakan tidak, menemani sampai larut diskusi, juga menjaga hati-hati yang sunyi.
Rela saja.

Lalu inilah lima perempuan yang tak sanggup dipikul langit, bumi, dan gunung-gunung
Alasannya menjadi tegar dan tak lelah belajar hingga menyenja
Jika masanya tiba, Penggenggam Akhir akan membuka bukunya yang paling tebal diantara kami semua.
Tak ada selain selantun doa,
“Ampunilah ia atas dosa-salah kami duhai Allah, curahkan rahmat-Mu padanya, lalu izinkan kami berkumpul kembali dalam kebahagiaan sejati”

Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui”. (An-Nisa’:147) 

Ah... papa, selain kuminta pada Allah agar engkaulah yang membawaku pada perjanjian yang setara saat Sang Kuasa mengangkat Bukit Thursina,
Kumohonkan pula pada-Nya  agar melemahlembutkan aku senantiasa terhadapmu juga kekasihmu, melanggengkan pengabdian terhadapmu juga kekasihmu.  
Sungguh,  berapapun maaf  bisa jadi tak cukup memulihkan goresan ringan dan dalam di telaga hatimu.
Namun, yang paling kusyukuri pada Allah, maaf itu selalu tampak dalam tatap teduhmu
Meski tanpa berkata, meski tak selembut pelukan, tetapi cintamu melelehkan air mata

Maafkan lahir batin ya, Pap...

Seorang anak tidak dapat membalas ayahnya, kecuali anak tersebut mendapati ayahnya menjadi budak kemudian ia membelinya dan memerdekakannya. (HR. Muslim dan Abu Dawud).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar