Senin, 28 Maret 2011

profl

Teacher. Writer. History Lover. Entrepreneur (daniSSa fried chicken). Mar'atusshoolihah Wannabe. Zaujatul Muti'ah Wannabe. Ummul Madrosah Wannabe.

Sabtu, 01 Januari 2011

Tahun Baru Lagi

Ini sebetulnya catatan yang mulai ditulis pada malam 25 November 2010 yang selesai pada 26 November tengah malam. Diterbitkan di notes facebook dengan judul Kicau Racau Parau Tengah Malam - Sesaat Menjelang Tahun Baru. Mumpung momentum juga mendukung, 2011 menjelang, gw mau mengingatkan diri lagi.  Padahal ini maksudnya juga memposting tulisan ini yg lama tertunda karena blog sempat" hilang".

Buat gw yang namanya tahun baru itu bertolak dari waktu lahir diri sendiri, karena memang saat itulah hidup bagi seseorang dimulai. Emang sih, buku catatan amalan diganti saat tahun hijriyah berganti, tp bolehlahpenambahan usia ini gw jadikan sebagai cambukan karena kesempatan yang semkin menipis. Dan beberapa tahun ke belakang, gw sudah menggeser resolusi2  tahun baru gw ini ke akhir november. Meskipun belum sespesifik yang gw buat tahun ini, tp tahun-tahun lalu gw berusaha mencapai dan menjadi  target-target itu.
Twentythree is a huge number, eh? sure I need to push myself to do these year tough goals!

Asiknya, beberapa hari menjelang usia dua puluh tiga ini, gw dipaksa menjalani masa pendewasaan yang lain lagi. Gasp! rough thing in the begining of my 23dr years!!  Yah, banyak sekali pemikiran dan alasan yang hadir di kepala gw, kenapa ujian ini hadir menjelang tahun baru gw. Hal-hal baik yang harus gw serap segera tentunya.

Sudah mau hari ketiga bagi gw untuk mengurus bayi  tiga bulan yang cantik dan sholihah ini, dear pippy. Ditambah dua kakaknya yang tak kalah cantik dan sholihah. Dapatkan dibayangkan? Ini mengurus bayi 3 bulan yang diberi asi ekslusif  dari bundanya yang tengah  dirawat krn dbd dan dua orang kakak sakit. Fase pendewasaan yang luar biasa dahsyat! semoga gw bisa melewatinya dengan cemerlang. (aamiin ya Rabb)

Betapa hari pertama begitu menguras perasaan, pikiran, dan tenaga.  Gw harus segera menemukan ritme, menenangkan diri, mengusai masalah, dan mengikhlaskan segala hal ini supaya ada nilainya. Gw kuat (menguatkan diri lebih tepatnya). Meskipun deraian airmata tumpah juga sore harinya saat besuk dan bawa pippy ke bundanya di rumah sakit, gw yakin selalu pada pertolongan Allah. Apa sebab gw  jadi begitu emosional? Butuh berdamai dengan perasaan dan bedialog baik-baik dengan alter-fathia. Yah.. selama ini gw pikir gw sudah sanggup menaklukan anak-anak, “Gw bisa koq ngurus anak, gw kan bisa selama ini ngurus keponakan” , “Gw siap koq untuk punya anak,” Nyatanya pippy adalah tantangan tersendiri, bayi dengan asi eksklusif gitu. Menyendokinya dengan makanan asing untuk pertama kali, membuatnya muntah berkali-kali. Cucian jadi menumpuk. Tidak rewel memang bayi  ini, tp apalah daya jika pipi gembul pippy menyusut? Lebih-lebih jatuh sakit karena salah urus?  Kakak-kakak pun harus diurus sedemikian rupa. Ini namanya meletakkan kepercayaan sang bunda pada tempatnya, sekuat tenaga. Ini sudah dengan bantuan lho! Tapi rasanya buruk sekali, tak tertangani! Malam hari pertama tanpa abi dan bunda, kakak hawla badannya panas, onei-chan belum sembuh benar, dan pippy.. badan pippy koq anget juga?? Kesombongan itu jelas runtuh. Getas. Bukankah sudah kuingatkan padamu dear, fath.. Allah Mahabaik menyembunyikan aib-aib manusia, aib-aibmu, apalah jadinya dirimu tanpa Allah lakukan itu, cause actually u're just nothing...

Dan gw pun menciut membayangkan,  apalah jadinya saat gw pnya anak nanti?? Suplai energi dan motivasi macam apa yg gw perlukan untuk bertahan agar kesampaian anak-anak gw nanti tumbuh cemerlang? Ini baru soal ngurus pippy dan kakak2nya yang pertanggungjawabannya langsung beberapa hari ke depan dan masih di dunia dan masih banyak pemakluman. Ini baru tanggung jawab sm kakak gw! (okelah gw memang bertanggung jawab pd Allah dalam hal ini, tp cuma untuk beberapa hari kan?) Gw jelas-jelas lemas saat menyadari, ketika gw nikah dan punya anak nanti, pertanggungjawaban gw ke Allah langsung! Ummul madrosah. Pilihannya mendidik anak dengan ilmu dan amal yang baik atau membiarkan semua mengalir begitu saja? Karena konsekuensinya pun jelas, putih atau hitam buat gw.

Gw punya kata2 favorit yang berkaitan dg pernikahan yang sudah gw jadikan rujukan pribadi selama ini, “Nikah itu resikonya punya anak, kalo belum siap punya anak ya jangan nikah dulu.”  Naïf sepertinya, secara teknologi sudah maju luar biasa, lagian pede bener, belum tentu juga langsung hamil dan melahirkan. Tapi sebetulnya Allah memang pengen kita punya banyak anak kan? (nanti dicari rujukan resminya), mau dikasih benteng setebal apapun menurut manusia klo udah, “KUN”, ya “fayakun” kan?

Hahaha, jadi intinya gw belom siap yaa... punya anak.. meskipun sebetulnya bersama anak-anak setiap harinya adalah kebahagiaan tak terbeli.

Yah bersyukur luar biasa memiliki kelruarga ini, papa,mami, teh ageung, teh elly, dan teh egay. Plus 3 kakak ipar dan tiga belas keponkan :D. Gw sangat beryukur Allah kasih gw kesempatan untuk belajar dari kakak2 gw, melihat tiga contoh rumah tangga yang berbeda, tiga contoh pola komunikasi yang berbeda, tiga pola didik anak yang berbeda. (meskipun yang kayak gini2 kadang-kadang bikin gw enggan nikah, hahahaha). Hal-hal yang sudah gw catat, yang perlu gw lakukan. Dan hal-hal yang sudah gw tandai, bukan dihapus karena menjadi tanda agar tidak dilakukan.

Bersyukur untuk kelurga besar yang menakjubkan!

Bersyukur untuk saudara2 ketemu gede yang hebat! Belum pernah merasa dicintai seperti dicintai kalian sebelumnya. Kalian yang baik, sholih, pemurah, dan bisa dipercaya. How.. lovely!

Ini sebenarnya ngambang bener, yah.. namanya juga racauan parau. Semoga gw diberi kesempatan untuk menuliskan pengalaman menjadi "ibu" minus banyak hal selama beberapa hari ini. Saatnya kembali bersama kakak, onei-chan, dan pippy. Misiion hasnt acomplish yet.

Lakukan yang terbaik agar tak ada alasan untuk sesal.. Minta pada Allah agar takada alasan untuk sesal..

Selamat menjalani usia 23, dear me.. melesat bersama upaya memeluk hangat rangkaian capaian dan raihan tahun ini,  semoga Allah berkahi :D

Blog Gw Hilang

Selama beberapa saat, hampir satu bulan, gw kehilangan akses terhadap blog gw ini. Sudah log on berkali-kali, coba utak-atik ke sana kemari tapi bergeming. Katanya gw ga punya blog dari akun gmail gw. What??? gw udah punya setidaknya lima tulisan dalam blog itu, kok bisabisanya ngilang??

Saat gw coba buka momijiwarnawarni.blogspot.com, ternyata masih ada. Tapi kenapa gw ga bisa mengakses dari gmail gw??!?!?!? Gw malah disuruh bikin blog baru, alhasil, di tengah kebingungan, gw pun ga jadi posting. Beberapa kali dalam beberapa hari gw masih nyoba, dan masih ga bisa..

Dan menjelang tahun baru ini misteri terungkap, gw punya dua akun gmail yang beda tipis dan gw ga sadar. fath.historyedu dengan fathia.historyedu, bener2 ga ngeh! selama ini gw ngeblog dari akun kedua, sementara setelah beberapa waktu gw justru buka dari akun pertama. Kapan bikinnya ya?? How dodol!

Okelah.. sekarang baru deh bisa ngeksis lagi via tulisan2 di blog. Part of resulution neh..hohohohoho

Rabu, 17 November 2010

Ingatkah Kemarin Kau Dengar Racauan?


Hanya sebuah pinta sederhana; Tuhan, jauhkan aku dari jeratnya.. hindarkan aku dari bisanya.. 

Satu dari kami menggenggamnya.
Lalu satunya lagi.
Dilanjutkan oleh yang lainnya.
Hingga semua ada tiga.

Lama. Biasa saja.
Aku bahkan melepas kepunyaanku tanpa rela.
”Hey, catatan-catatan prosaku! Deretan nomor itu!”

Lama. Rasa tak mengapa.
Satu..
Lalu dua.
Katanya, ”Boleh juga,”
Kemudiannya, ”Dengan ini ada semua!”

Oh! Tak begitu lama.
Langsung ada dua.
“Kapan serah terima?”
“Hari ini juga.”

Tuts-tuts mengangkat sekat.
Terbang sekejap hinggap.
Tepat di kening dekat.
Cengkerama ketujuhnya tanpa jarak.

Aduhai menggoda..

Pagi takbir ini kami tunggu-tunggu,
 “Simpankan gulai ini untuk mereka,”

Sampai masa jutaan kurban naik menyampaikan pesan empunya,
”Tambahkan es, agar mereka datang tak kehausan,”

Matahari pun merayap bersama sekantong daging kurban,
“Katakan pada mereka, kami pulang, titipkan saja salam,”


Lama.

”Kau tahu apa yang terjadi, Puan?”
               ”Sudah kusimpan. Tak ada gunanya dua huruf  be itu, memuakkan!”

“Kau tahu kenapa hariku rusak, hai Puan?”
               ”Aku tak mau dirayu bualan masa depan, lalu ketergantungan!"
                "Aku takut kehilangan..."


Aih.., ingatkah kemarin kau dengar racauan; 
Tuhan, jauhkan aku dari jeratnya.. hindarkan aku dari bisanya..





Syukurku; Papa

Berjuta-juta tahun lalu tak pernah terpikirkan seperti hari ini.
Ya, dulu pernah kuletakkan janji pada Sang Pencipta masih hingga kini syahadat berkali-kali.
Ya, telah juga Ia gariskan tentangku di dunia ini, yang pasti terjadi juga yang bertarung di langit dan menang karena kehendak-Nya.
Ia yang telah mengantarkanku pada sosok gagah bersahaja.
Yang bersamanya adalah ketentraman,

”Seperti yang pernah kukatakan padamu, Pa.., lelap di sampingmu, ya cukup di sampingmu saja tanpa disentuh, sudah membuatku jatuh nyaman hingga tak kuasa beranjak”

Beberapa tahun ke belakang, tak hingganya aku mengeluh, mengumpat.
Persoalan beda zaman,
Masalah kemengertian,
Atau sekadar salah ucap kata yang menghempas kelemahlembutan.

"..dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkari nikmat-Ku”. (Al-Baqarah: 152)

Padahal empat anak gadis ini membuat dadanya rela busung paling depan.
Mengatakan tidak, menemani sampai larut diskusi, juga menjaga hati-hati yang sunyi.
Rela saja.

Lalu inilah lima perempuan yang tak sanggup dipikul langit, bumi, dan gunung-gunung
Alasannya menjadi tegar dan tak lelah belajar hingga menyenja
Jika masanya tiba, Penggenggam Akhir akan membuka bukunya yang paling tebal diantara kami semua.
Tak ada selain selantun doa,
“Ampunilah ia atas dosa-salah kami duhai Allah, curahkan rahmat-Mu padanya, lalu izinkan kami berkumpul kembali dalam kebahagiaan sejati”

Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui”. (An-Nisa’:147) 

Ah... papa, selain kuminta pada Allah agar engkaulah yang membawaku pada perjanjian yang setara saat Sang Kuasa mengangkat Bukit Thursina,
Kumohonkan pula pada-Nya  agar melemahlembutkan aku senantiasa terhadapmu juga kekasihmu, melanggengkan pengabdian terhadapmu juga kekasihmu.  
Sungguh,  berapapun maaf  bisa jadi tak cukup memulihkan goresan ringan dan dalam di telaga hatimu.
Namun, yang paling kusyukuri pada Allah, maaf itu selalu tampak dalam tatap teduhmu
Meski tanpa berkata, meski tak selembut pelukan, tetapi cintamu melelehkan air mata

Maafkan lahir batin ya, Pap...

Seorang anak tidak dapat membalas ayahnya, kecuali anak tersebut mendapati ayahnya menjadi budak kemudian ia membelinya dan memerdekakannya. (HR. Muslim dan Abu Dawud).